poltekkestanjungkarang.com – Berkomunikasi sama orang yang punya gangguan kepribadian itu seringnya kayak jalan di medan berbatu. Kadang kita pengin ngomong jujur, tapi takut salah paham. Kadang kita pengin kasih tahu batasan, tapi takut dibilang dingin atau menjauh. Apalagi kalau emosinya lagi naik-turun, ngomong dikit bisa langsung disangka nyerang.
Di poltekkestanjungkarang.com, aku pengin bahas soal teknik komunikasi non-kekerasan (NVC) yang bisa banget bantu kamu tetap tenang dan bijak saat ngobrol sama mereka. Teknik ini bukan cuma buat pasangan, tapi bisa juga dipakai dalam hubungan keluarga, teman, bahkan rekan kerja. Intinya, kita belajar buat ngomong jujur tanpa nyakitin, dan mendengar tanpa menghakimi.
1. Observasi Tanpa Penilaian
Teknik pertama adalah memisahkan apa yang kamu lihat dari apa yang kamu pikirkan. Kadang kita langsung ngomong, “Kamu tuh nyebelin banget!” padahal itu cuma reaksi atas perilaku yang bikin kita jengkel. Coba ubah jadi, “Tadi pas kamu ninggalin obrolan gitu aja, aku jadi bingung.”
Dengan membedakan fakta dan opini, lawan bicaramu lebih gampang nerima maksud kamu. Mereka jadi nggak ngerasa diserang, dan komunikasi pun bisa lanjut tanpa drama.
2. Ekspresikan Perasaanmu dengan Jelas
Daripada bilang, “Kamu bikin aku stress,” lebih baik bilang, “Aku ngerasa tegang waktu kamu ngomong kayak gitu.” Teknik ini ngajarin kita untuk fokus ke perasaan kita, bukan menyalahkan orang lain.
Kenapa ini penting? Karena orang dengan gangguan kepribadian cenderung sensitif sama tuduhan. Kalau kita bisa sampaikan emosi dengan cara yang personal dan jujur, mereka akan lebih terbuka mendengar.
3. Identifikasi Kebutuhan yang Belum Terpenuhi
Setelah menyampaikan perasaan, lanjutkan dengan mengutarakan kebutuhan di balik perasaan itu. Contohnya, “Aku ngerasa bingung karena aku butuh kejelasan dalam obrolan kita.” Dengan begitu, kamu jadi lebih terbuka, dan pasangan atau temanmu juga jadi ngerti kenapa kamu bersikap seperti itu.
Komunikasi kayak gini bisa bantu mereka belajar mengenali dan mengungkap kebutuhan mereka sendiri juga, yang kadang justru jadi akar dari ketegangan.
4. Ajukan Permintaan, Bukan Tuntutan
Kalimat “Tolong jangan marah-marah terus” bisa terdengar seperti perintah. Coba ganti dengan, “Boleh nggak kita ngobrolnya dengan tenang, biar aku bisa lebih dengerin kamu?”
Permintaan yang baik itu jelas, sopan, dan realistis. Jangan berharap mereka langsung berubah, tapi tunjukkan bahwa kamu peduli sama hubungan itu, dan kamu pengin cari cara terbaik untuk dua belah pihak.
5. Dengarkan Secara Aktif dan Validasi Emosi Mereka
Banyak orang dengan gangguan kepribadian merasa nggak didengar atau disalahpahami. Jadi waktu mereka ngomong, dengerin betul-betul, jangan dipotong atau dibantah dulu. Bahkan kalau menurutmu yang mereka bilang terdengar nggak masuk akal, tetap beri ruang buat mereka cerita.
Cukup bilang, “Aku denger kok kamu ngerasa kecewa,” atau “Aku ngerti kamu lagi nggak tenang.” Kalimat kayak gitu bisa ngasih rasa aman buat mereka buka diri.
6. Jaga Nada Suara dan Bahasa Tubuh
Kadang masalah bukan di apa yang kita omongin, tapi di cara kita ngomong. Nada suara yang tinggi atau ekspresi wajah yang sinis bisa bikin orang jadi reaktif. Apalagi kalau mereka punya trauma masa lalu atau pengalaman buruk.
Pastikan kamu ngomong dengan nada yang tenang, mata yang bersahabat, dan tubuh yang terbuka. Nggak perlu terlalu manis juga, cukup tulus dan nggak mengintimidasi.
7. Latih Diri Buat Tetap Sabar dan Konsisten
Kunci dari komunikasi non-kekerasan itu bukan hasil instan, tapi konsistensi. Jangan heran kalau mereka tetap defensif atau pasif-agresif meski kamu udah ngomong baik-baik. Yang penting kamu tetap di jalur yang sehat, sambil terus evaluasi dan belajar.
Kalau kamu butuh waktu, ambil jeda. Kalau kamu butuh bantuan, bisa diskusi sama konselor atau ikut pelatihan NVC. Karena pada akhirnya, komunikasi yang baik itu juga butuh latihan terus-menerus.
Penutup
Menghadapi gangguan kepribadian memang bisa jadi tantangan besar, tapi itu bukan berarti hubungan harus selalu berakhir di konflik. Lewat teknik komunikasi non-kekerasan yang dibahas di poltekkestanjungkarang.com ini, kamu bisa mulai membangun dialog yang lebih empatik dan sehat.
Ingat, perubahan itu pelan-pelan. Tapi setiap kalimat yang kamu sampaikan dengan hati-hati bisa jadi langkah kecil yang bikin hubungan jadi lebih tenang dan penuh pengertian.